KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
Oleh:
KELOMPOK 5
HASNUL KAMIL
hassnulkamilfebiiainbatusangkar.blogspot.com
NIM 1830404047
IRA DASNI WITA
Iradasniwitafebiiainbatusangkar.blogspot.com
NIM 1830404053
JULIA EKA PURNAMA SARI
Juliaekafebiiaianbatusangkar.blogspot.com
NIM 1830404055
NIDA OKTAVIA
NidaOktaviafebiiainbatusangkar.blogspot.com
NIM 1830404081
DOSEN PEMBIMBING
GAMPITO, S.E., M.SI.
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2019 M/ 1441 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga makalah Perekonomian Indonesia ini dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat beserta salam penulis doakan kepada Allah semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga selaku umat beliau dapat menegakkan nilai-nilai sunnahnya secara integral dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga makalah mata kuliah Perekonomian Indonesia ini dapat terselesaikan tepat waktu, terutama dosen pengampu, orang tua dan teman-teman.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap tersusunnya makalah Perekonomian Indonesia tentang kemiskinan dan kesenjangan sosial ini, bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Batusangkar, September 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ………….……………………………………………………...1
Pembahasan Makalah...……………………………………...………….............1
BAB II PEMBAHASAN
Permasalahan pokok…………………………………………………………….2
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan………....5
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan……………………..7
Tujuan Pembangunan Milenium………………………………………………...9
Kebijakan Anti Kemiskinan……………………………………………………12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………..............13
Saran……………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Makalah
Kemiskinan dan kesenjangan sosial adalah permaslahan yang tidak bisa dihilangkan dari diri manusia karena manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika kebutuhan hidupnya tidak tercukupi bisa dikatakan dia berada dalam ranah kemiskinan dan apabila kebutuhan hidupnya terpenuhi bisa dikatakan dia dalam keadaan kaya. Hal ini bisa menyebabkan kesenjangan sosial karena perbedaan kemiskinan dengan yang kaya.
Persoalan dalam hal ini adalah bagaimana cara mengentas kemiskinan dan kesenjangan sosial akibat kemiskinan tersebut. Pemerintah sendiri selalu melalui kebijaknnya untuk mengatasi hal ini dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dan terkhusus untuk manusia pasti selalu berusaha agar terhindar dari kemiskinan ini. Dan juga jepada orang kaya tersebut agar peduli dan membantu mengatasi kemiskinan tersebut dengan mendistribusikan sebagian kekayaannya atau pendapatnnya kepada orang miskin.
Uraian di dalam makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai kemiskinan dan kesenjangan sosial tersebut.
Pembahasan Makalah
Menjelaskan kemiskinan dan kesenjangan sosial
Permasalahan pokok
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan
Tujuan Pembangunan Milenium
Kebijakan Anti Kemiskinan
BAB II
PEMBAHASAN
Permasalahan Pokok
Ketimpangan dalam distribusi pendapatan (maksudnya kesenjangan ekonomi) dan tingkat kemiskinan adalah dua masalah besar di banyak NSB, tidak terkecuali Indonesia. Dikatakan besar karena jika masalah itu berlarut-larut atau dibiarkan akan semakin parah, akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang sangat serius. Suatu pemerintahan bisa jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi kemiskinannya. Contohnya adalah kejadian tragedi Mei 1998. (Tulus, 2009: 81)
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu di hadapi oleh manusia. Masalah kemiskinan sama tua nya dengan usia manusia itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia.
Perspektif ilmu-ilmu sosial seperti yang dikemukakan oleh Parsudi Suparlan (1995), secara singkat kemiskinan dapat di definisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang di bandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. (Wildana, 2011: 15-16).
Shirazi dan Pramanik mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu situasi yang dihadapi oleh seorang individu dimana mereka tidak memiliki kecukupan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan yang nyaman, baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial, psikologis, maupun dimensi spiritual.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) sebagai dasar pengukuran kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (sandang, papan, pendidikan dan kesehatan).
Pendekatan kemiskinan menurut Todaro dan Smith, pada dasarnya mencerminkan kemiskinan absolut yaitu kemiskinan yang diukur dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, dimana hal tersebut diukur dengan monetary value artinya seseorang yang dikatakan miskin apabila tingkat pendapatannya maupun pengeluarannya di bawah nilai uang tertentu.
Kemiskinan relatife adalah kemiskinan yang diukur berdasarkan perbandingan antarkelompok dalam masyarakat, dimana suatu kelompok dianggap relatif lebih miskin disbanding kelompok lainnya. Boleh jadi kelompok yang dianggap miskin di suatu negara, di negara lain justru termasuk ke dalam kelompok kaya.
Penyebab kemiskinan menurut Suharto (2009) ada empat. Pertama, faktor individual, di mana seseorang menjadi miskin karena faktor pribadinya, seperti cacat permanen yang menyebabkan ia menjadi miskin. Kedua, faktor sosial, di mana kemiskinan terjadi akibat diskriminasi sosial yang dilakukan. Ketiga, faktor kultural, di mana seseorang menjadi miskin katrena perilaku buruknya, seperti malas bekerja. Ini disebut juga kemiskinan kultural. Keempat, faktor struktural, di mana kemiskinan terjadi karena ketidakadilan system ekonomi. Ini disebut juga kemiskinan structural.
Perbedaan pendapatan yang menjadi penyebab kemiskinan menurut perspektif syariah sesungguhnya merupakan sunnatullah fil hayah. Keberadaan kelompok masyarakat yang berbeda-beda penghasilan sesungguhnya tidak bisa dinafikkan. Karena itu islam tidak pernah berbicara bagaimana upaya untuk menghilangkan kemiskinan, akan tetapi bagaimana mereduksi dan meminimalisir kemiskinan ini agar kehidupan lebih sejahtera. Caranya dengan mengembangkan sikap saling tolong menolong, saling bersilaturahim dan saling bersinergi.
Islam berpandangan mengenai kemiskinan ini yang harus ditekankan adalah upaya perhatian, pembelaan dan perlindungan terhadap kelompok miskin yang dilakukan oleh kelompok yang dukategorikan mampu tersebut.(Beik dan Arsyanti,2017: 68-71)
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dengan yang berpenghasilan rendah. (Gampito, 2016: 42)
Fitrah manusia dianugerahkan dengan berbagai perbedaan skill dan kemampuan.perbedaan dan kesenjangan ekonomi tersebut pada dasarnya hal yang natural (alami).
Kesenjangan terjadi karena setiap manusia dilahirkan dalam keadaan berbeda. Berbeda dari sisi kemampuan, ras, suku bangsa, bahasa, bakat, minat, keterampilan dan lain-lain. Perbedaan ini tentu akan melahirkan perbedaan dari sisi kinerja dan performa sebagai manusia. Maka lahirlah beragam jenis aktivitas usaha dan kerja.
Perbedaan ini melahirkan beberapa hikmah diantaranya:
Perbedaan kemampuan melahirkan perbedaan economic return. Output dari perbedaan economic return ini adalah terdapatnya kesenjangan pendapatan dan kekayaan diantara anggota masyarakat. Sebagai contoh, tukang jahit memiliki gaji yang berbeda dengan seorang designer.
Perbedaan pendapatan dan kekayaan tersebut merupakan “ujian”(QS. 6: 165) bagi manusia dan masyarakat itu sendiri. Bagaimana mengelola perbedaan tersebut sehingga tercipta harmonis dan bukan permusuhaan antara satu dengan lainnya. Dan juga agar satu dengan lainnya dapat saling melengkapi dengan peran masing-masing dan saling menghargai. Sebagai contoh, seorang office boy sangat berperan terhadap kebersihan dan kegiatan pendukung jalannya kegiatan operasional perusahaan. Tanpa office boy, maka bisa menghambat operasional perusahaan. Sehingga, hal ini perlu menjadi perhatian dalam menciptakan harmonisasi di lingkungan perusahaan. Untuk itu perlu office boy ini diperlakukan dengan baik dan layak walaupun office boy tingkatannya lebih rendah dari manajer karena mengingat peran pentingnya dalam menjaga kesinambungan bisnis perusahaan. (Beik dan Arsyanti, 2007: 36-37)
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan
Tujuan utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana mengentaskan kemiskinan dan meminimalisir kesenjangan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin. (Beik dan Arsyanti,2017: 68)
Data dekade 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di banyak NSB, terutama negara-negara yang proses pembangunan ekonominya sangat pesat dan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia, menunjukkan adanya suatu korolasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan: “semakin tinggi pertumbuhan PDB atau pendapatan perkapita maka semakin besar perbedaan antara kaum kaya dan miskin”. Bahkan studi dari Ahuja dkk. (1997) di negara-negara Asia Tenggara menunjukkan bahwa setelah sempat turun dan stabil selama 1970-an sampai 1980-an pada negara-negara itu mengalami laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun yang tinggi, awal 1990-an ketimpangan dalam distribusi pendapatan di negara-negara tersebut mulai membesar kembali.
Jantti (1997) studinya mengatakan suatu kesimpulan bahwa semakin membesarnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan di negara-negara tersebut disebabkan oleh pergeseran-pergeseran demografi perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan-kebijakan publik. Dalam hal perubahan pasar buruh, membesarnya kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya saham pendapatan dari istri di dalam total pendapatan keluarga merupakan dua faktor penyebab penting.
Relasi antara peningkatan pendapatan rata-rata perkapita (yang mencerminkan semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi) dan tingkat ketimpangan dalam pembagian pendapatan “kurva U terbalik” sesuai hipotesis Kuznets.
Litelatur mengenai evolusi atau perubahan kesenjangan pendapatan pada awalnya dinominasi oleh hipotesis Kuznets. Dengan data lintas negara dan data deret waktu dari sejumlah survei/observasi di setiap negara, Simon Kuznets menemukan adanya relasi kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita yang berbentuk “U terbalik”. Hasil ini di interpretasikan sebagai evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi perdesaan ke ekonomi perkotaan, atau dari ekonomi pertanian (tradisional) ke ekonomi industri-industri (modern): pada awal proses pembangunan, ketimpangan pendapatan bertambah besar sebagai akibat dari proses urbanisasi dan industrialisasi, tetapi setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih tinggi atau “akhir” dari proses pembangunan ketimpangan menurun, yakni pada saat sektor industry di perkotaan sudah dapat menyerap sebagian besar dari tenaga kerja yang datang dari perdesaan (sektor pertanian), atau pada saat pangsa pertanian lebih kecil di dalam produksi dan penciptaan pendapatan. (Tulus, 2009: 83-84)
Konsep distribusi pendapatan ini memegang peranan sangat penting. Distribusi pendapatan merupakan alat untuk menjamin adanya keseimbangan penguasaan asset dan kekayaan, agar kesenjangan yang muncul akibat perbedaan kemampuan antar manusia dapat diminimalisir. Dengan kata lain, bagi yang diberikan kelebihan harta, tentu ada tanggung jawab untuk memerhatikan dengan melakukan distribusi pendapatannya kepada mereka yang kekurangan.
Tujuan distribusi pendapatan di dalam islam adalah sebagai berikut:
Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat karena kebutuhan dasar itu adalah hak setiap warga masyarakat.
Menjamin keseimbangan distribusi pendapatan dan kekayaan karena keseimbangan pendapatan dan kekayaan adalah kunci dari stabilitas sosial, ekonomi dan politik.
Mengeliminasi kesenjangan ekstrim antarkelompok masyarakat karena hal ini adalah sumber masalah yang bisa memicu konflik dan disintegrasi sosial. (Beik dan Arsyanti, 2017: 40-41)
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan pendapatan perkapita dan tingkat kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan, mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah oranng miskin berangsur-angsur berkurang. Tentu,seperti telah dikatakan sebelumnya, banyak factor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah atau negara seperti derajat pendidikan, tenaga kerja, dan struktur ekonomi.
Hasil dari sejumlah studi mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output dan kemiskinan menghasilkan suatu dasar kerangka pemikiran, yakni efek tirckle-down dari pertumbuhan ekonomi dalam bentuk peningkatan upah/pendapatan dari kelompok miskin. Dengan asumsi bahwa adanya mekanisme yang diperlukan untuk menfasilitasi tirckle-down dari keuntungan dalam pertumbuhan ekonomi kepada kelompok miskin,pertumbuhan ekonomi bisa menjadi suatu alat yang efektif bagi pengurangan kemiskinan.
Factor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi:
Tanah dan kekayaan alam
System sosial dan sikap masyarakat
Jumlah dan mutu dari penduduk tenaga kerja
Barang-barang dan tingkat teknologi (Gampito, 2016: 43-45)
Perdebatan akademis selama ini mengenai hubungan antara pertumbuhan dan penurunan kemiskinan. Pertanyaan pokoknya adalah: apakah pertumbuhan ekonomi memihak kepada orang miskin.dalam akhir 1990-an, term ”pertumbuhan yang pro kemiskinan” (sebut PPG) ini menjadi terkenal saat banyak ekonom mulai menganalisis paket-paket kebijakan yang dapat mencapai penurunan kemiskinan yang lebih cepat lewat pertumbuhan ekonomi dan perubahan distribusi pendapatan. PPG secara umum didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang membuat penurunan kemiskinan yang signifikan. Dalam usaha memberikan relevansi analisis dan operasional terhadap konsep tersebut, di dalam literatur muncul dua pendekatan.
Pendekatan pertama memfokuskan pada keyakinan bahwa orang-orang miskin pasti mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi walaupun tifak proporsional. Artinya pertumbuhan ekonomi memihak kepada orang miskin jika dibarengi dengan suatu pengurangan kesenjangan, atau dalam perkataan lain pangsa pendapatan dari kelompok miskin meningkat bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini disebut juga definisi relatif dari PPG. Walaupun secara intuisi menarik, pendekatan atau defenisi ini terbatas, terutama saat diterapkan didalam suatu konteks operasional. Dalam defenisi PPG ini, pertumbuhan bisa mengurangi kesenjangan. Namun, dengan menfokuskan terlalu berat pada kesenjangan, suatu paket kebijakan bisa mengakibatkan hasil-hasil yang suboptimal bagi kedua kelompok rumah tangga (RT): RT miskin dan RT non miskin atau laju penurunan kemiskinan bisa lebih kecil. Pendekatan kedua fokus pada percepatan laju pertumbuhan pendapatam dari kelompok miskin lewat pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan dengan memperbesar kesempatan-kesempatan bagi orang-orang miskin untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan, yang hasilnya memperbesar laju penurunan kemiskinan. Bukti empiris memberi kesan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah pemggerak utama laju PPG, tetapi perubahan-perubahan dalam kesenjangan bisa memperbesar atau mengurangi laju tersebut. Jadi, mempercepat laju PPG mengharuskan tidak hanya pertumbuhan yang lebih pesat, tetapi juga upaya-upaya untuk memperbesar kemampuan-kemampuan dari orang-orang miskin untuk mendapatkan keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi. Dengan penekanan pada akselarasi laju pengurangan kemiskinan, pendekatan ini konsisten dengan komitmen masyarakat dunia terhadap tujuan pertama dari Millenium Development Goals (MDG), yakni pengurangan setengah dari proporsi dari masyarakat di dunia yang hidup kurang dari satu dolar AS perhari (disebut kemiskinan ekstrim) antara tahun 1990 dan tahun 2015. (Tulus, 2009: 92-93)
Tujuan Pembangunan Milenium
Komitmen global di cantumkan dalam tujuan pembangunan millennium antara lain:
Menurunkan angka kematian anak sebesar dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990
Menurunkan angka kamatian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990
Menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015 (Atmawikarta, 2008: 4)
Meniadakan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim dengan mengurangi hingga suatu jumlah setengah jumlah orang yang hidup dengan biaya kurang dari $1 dolar AS perhari. Mengurangi hingga setengah proporsi penduduk dunia yang mengalami kelaparan.
Mencapai pendidikan dasar secara universal dengan memastikan bahwa semua anak laki-laki dan perempuan menyelesaikan pendidikan dasar.
Meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan wanita dengan enghilangkan kesenjangan gender di tingkat sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.
Memperbaiki kesehatan ibu dengan mengurangi hingga ¾ tingkat kematian ibu.
Menjamin kelestarian lingkungan hidup
Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkesinambungan lewat kebijakan-kebijakan dan penyusunan program-program kerja mencegah kerusakan SDA.
Mengurang hingga ½ proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih untuk diminum.
Mencapai secara signifikan perbaikan hidup dari setidaknya 100 juta penduduk dunia yang hidup di daerah-daerah kumuh pada tahun 2020.
Membentuk sebuah kerjasama global untuk pembangunan
Menciptakan lebih jauh sistem perdagangan dan keuangan lewat suatu peratauran internasional, menciptakan peraturan yang tidak diskriminatif dan bisa diterapkan di semua negara.
Menyusun daftar-daftar kebutuhan khusus yang paling dibutuhkan oleh negara-negara paling terbelakang.
Menyusun daftar kebutuhan bagi daerah terpencil dan negara-negara berkembang yang sangat kecil ukurannya dari segi jumlah penduduk dan luas wilayah.
Mengupayakan secara komprehensif utang-utang negara berkembang lewat perangkat nasional dan internasional agar utang tidak lagi menjadi beban.
Meningkatkan kerjasama dengan perusahaan formasi agar tersedia akses bagi warga termiskin di nergara berkembang untuk mendapatkan obat-obatan .
Kerjasama dengan sektor swasta dalam rangka penyebaran teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi bagi semua negara yang paling membutuhkan.
Tujuan pembangunan millennium di fokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan. (Tulus, 2009: 131-132)
Tabel angka harapan hidup dan tingkat kematian, menurut tingkat kemajuan pembangunan Negara (1995-2000).
Tingkat pembangunan negara
Pendu-
duk (1999) juta
Rata-rata pendapa-
tan tahunan (US$)
Angka harapan hidup
(tahun)
Angka kemati-
an bayi (per-1000)
Angka kematian anak balita (per-1000)
Sangat terbelakang
643
296
51
100
159
Pendapatan rendah
1777
538
59
80
120
Pendapatan menengah-bawah
2094
1200
70
35
39
Pendapatan menengah-atas
573
4900
71
26
35
Pendapatan tinggi
891
25730
78
6
6
Sub-Sahara Afrika
642
500
51
92
151
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah:
Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta keceukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tebatasnya pengetahuan untuk menghadapai serangan penyakit.
(Atmawikarta, 2008: 5)
Kebijakan Anti Kemiskinan
Strategi yang tepat untuk mendukung dalam memerangi kemiskinan di perlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu yakni:
Intervensi jangka pendek
Intervensi jangka pendek adalah pembangunan yang di fokuskan pada sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi perdesaan. Hal ini sangat penting melihat kenyataan, di satu pihak, hingga saat ini sebagian besar wilayah Indonesia masih pedesaan dan dan sebagian besar penduduk Indonesia tinggal dan kerja di pedesaan. Demikian juga, sebagian besar penduduk bekerja atau mempunyai sumber pendapatan di pertanian dan usaha kecil di sektor-sektor lain. Sumber utama kemiskinan berasal dari pedesaan.
Intervensi jangka menengah dan intervensi jangka panjang diantara nya:
Pembangunan atau penguatan sektor swasta
Kerjasama regional
Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
Desentralisasi
Pendidikan dan kesehatan
Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
Pembagian tanah pertanian yang merata
(Tulus, 2009: 132-134)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial adalah dua permasalahan pokok dalam ekonomi yang manusia tidak akan bisa terlepas dari permaslahan tersebut karena manusia adalah makhluk ekonomi. Kemiskinan akan selalu terkait dengan kesenjangan sosial karena kemiskinan bisa menyebabkan kesenjangan sosial. Kemiskinan tersebut bisa diatasi dengan distribusi pendapatan anatara sikaya kepada simiskin dan hal tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata. Melalui kebijakannya, pemerintah berusaha mengatasi kemiskinan dengan pembangunan ekonomi, kebijakan pembangunan millenium dan kebijakan anti kemiskinan.
Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar dapat memahami uraian tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari agar kemiskinan dan kesenjangan sosial ini dapat teratasi. Apalagi yang membaca adalah mahasiswa yang sebagai agent of change (agen perubahan) yang akan dituntut untuk menjadi solusi dalam permasalahan negaranya terutama kemiskinan dan kesenjangan sosial ini dan membawa perubahan yang lebih baik ke depannya demi kesejahteraan rakyat negaranya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmawikarta. 2008. Artikel Bappenas. Jakarta: Bappenas
Beik, Irfan Syauqi dan Laily Dwi Arsyianti. 2016. Ekonomi Pembangunan Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Gampito. 2016. Perekonomian Indonesia dan Ekonomi Internasional. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press
Tambunan, Tulus T.H. 2009. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Wargadinata, Wildana. 2011. Islam & Pengentasan Kemiskinan. Malang: UIN Maliki Press
Langganan:
Postingan (Atom)
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN Oleh: KELOMPOK 5 HASNUL KAMIL hassnulkamilfebiiainbatusangkar.blogspot.com NIM 1830404047 ...
-
MAKALAH TENTANG PENGERTIAN EKONOMI SYARI’AH...
-
MAKALAH TENTANG PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM DAN TUJUAN EKONOMI ISLAM DALAM MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI ISLAM ...
-
MAKALAH TENTANG SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MATA KULIAH PENGANTAR EKONO...